Kamis, 31 Oktober 2013

Mengawal Mereka Menjelang Ranum

Oleh:
Robi'ah Al-Adawiyah,S.H
Ketua KPPA BENIH Solo

Menjadi orangtua berarti kita diberi amanah seumur hidup untuk terus belajar seiring dengan tumbuh kembang anak-anak kita. Dalam do’a-doa kita, kita memohon agar kita diberikan anak-anak yang sholih, menjadi qurrata a’yun bagi orangtuanya dan menjadi pemimpin bagi orang-orang beriman. Sungguh, bukan sebuah do’a yang sederhana, dan bukan tidak mungkin pula dengan usaha seadanya untuk menjadikannya teruwujud.

Waktu menggiring anak-anak kita tumbuh dalam suasana dan pola pengasuhan yang sangat berbeda dengan masa kanak-kanak kita. Jika dahulu, kita dimasa 0-7 tahun seolah santai saja bermain, masih banyak waktu bercengkerama dengan kawan dan orangtua, namun kita begitu cepat tanggap dan menjalani kehidupan masa dewasa dengan relatif aman. Namun, mungkin tidak demikian bagi anak-anak sekarang. Waktu mereka seolah begitu cepat, cepat ‘dewasa’ secara seksual namun belum dewasa secara tanggungjawab. Banyak para remaja dimasa menjelang ranum yang bahkan tidak memiliki rasa tanggungjawab untuk mengmabil pilihan, masih selalu kekanak-kanakan.

Tentu kita ingin anak-anak kita menyambut masa remaja dan peralihan menuju manusia dewasa dengan sehat, siap, bertanggungjawab dan tetap dekat dengan kita, orangtuanya. Mungkin beberapa poin dibawah ini bisa membantu kita bersiap mengawal mereka dimasa ranum

1. Mengenal Karakter Umum Remaja
Dalam sebuah buku, saya menemukan sebuah statemen yang pas, bahwa kita ingin anak-anak kita belajar menjadi ORANG DEWASA, bukan belajar menjadi REMAJA SUKSES. Artinya, kedewasaan sebenarnya dimulai dari bagaimana anak-anak kita mulai mengetahui dengan benar tentang dirinya, brtanggungjawab atas pilihan mereka.
Kita harus mengenal karakter umum remaja seperti : mereka tidak akan suka kita jatuhkan harga dirinya, mereka ingin kita aktif mendukung mereka,ingin didengarkan, ingin diberi batasan (jadi tidak terllau benar jika mereka benar-benar ingin bebas), remaja juga ingin kita ‘melawannya’ dalam perdebatan dan suka jika kita memiliki kepedulian dengan masalah-masalah mereka, mereka ingin orangtuanya memiliki alasan yang tepat mengapa melarang ini dan menyarankan itu. Reamaja juga sebenarnya membutuhkan pertolongan kita saat tertimpa masalah .

2. Lagi-lagi tentang Komunikasi
Setelah mengetahui karakter umum dan apa yang sebenarnya diharapkan remaja kita, dan apa yang kita inginkan untuk mereka, maka lagi-lagi kunci sukses mengawal mereka dimasa-masa transisi adalah : ketrampilan komunikasi. Komunikasi efektif dengan remaja dianataranya diawali dengan
a. Empati yang jujur dan tanpa menghakimi . Dengarkan masalah mereka dengan sepenuh hati, hindari langsung mencecar dan menyalahkan, apalagi didepan banyak orang.Dengan cara ini, anak-anak remaja kita akan tetap kembali pada kita,bukan mencari teman curhat yang lain
b. Humor. Kita para orangtua mungkin selalu terlihat tegang dan menyebalkan bagi anak-anak kita. Kita jarang bercanda, tertawa dan jarang membuat lelucon-lelucon. Mungkin selera humor yang baik dan proporsional bisa lebih efektif untuk menegur dan memberi masukan.

3. Membantu Mereka Memiliki Imunitas Diri

Remaja kita tidak mungkin kita kunci dirumah. Mereka berteman, bertemu banyak orang dan mereka tidak mungkin steril dari pengaruh baik dan buruk. Kecemasan kita sebagai orangtua pun tidak boleh berlebihan terhadap pengaruh negatif dari luar. Singkatnya, bantu remaja kita memiliki imunitas diri , tahan terhadap pengaruh buruk. Apa kuncinya? Beri kepercayaan setulus hati, terus berikan pemahaman-pemahaman tentang aturan-aturan agama yang pokok, halal haram, merasa diawasi Allah dan kejujuran. Jangan putus asa dan yakin saja, dengan cara yang bersahabat sampaikan bahwa kita mencintainya, dan mereka tentunya tidak akan merusak cinta Allah dan orangtuanya dengan hal-hal yang buruk, bukan? Teruslah mendampingi mereka dengan tulus dan tidak egois.Bertanya tentang apa yang mereka rasakan, bertanya tentang pendapat mereka terhadap sesuatu, juga akan membentuk paradigma yang benar tentang sekitar mereka.

4. Membantu Mereka Menemukan Potensi Positif
Masa-masa ranum pra remaja, remaja awal dan dewasa awal adalah masa penuh energi. Kematangan biologis, perubahan-perubahan fisik dan psikologis, kadang membuat para remaja kita bingung, gelisah dan galau. Orangtua dan guru sangat berperan untuk mengawal mereka menemukan potensi positif dalam diri mereka dan memberikan alternatif-alternatif kegiatan positif untuk menyalurkan energi mereka. Tawarkan pada mereka hobi yang ingin dikembangkan, cari tau info tentang klub hobi, atau les-les ketrampilan (life skill) untuk ketrampilan mereka diluar pendidikan formal. Menyalurkan hobi dan berkompetisi sehat akan mengalihkan remaja dari penyimpangan dan kegiatan negatif.

5. Membantu mereke menemukan Teman dan Komunitas Yang Sehat
Saat saya menjelang usia SMP, mama saya selalu menanyakan siapa saja sahabat-sahabat saya. Saya pun bercerita kalau saya memiliki ‘genk’ hehe. Dan asyiknya, alamarhumah mama saya selalu menjadi sahabat untuk teman-teman saya bahkan sampai saya kuliah, mama saya selalu siap menjadi teman curhat teman-teman saya dari luar kota yang jauh dari orangtuanya. Tidak ada yang salah remaja kita memiliki kelompok atau genk, karena masa SMP biasanya remaja lebih banyak memilih bersama-sama dengan teman sebayanya. Mari kita ingat kapan kita terakhir kali berhasil mengajak anak-anak kita kondangan misalnya?  Ada masa dimana anak-anak kita sudah mulai malu ikut jagong atau lagi senang-senangnya berkumpul dengan teman.

Anak-anak kita mulai ranum dan ingin eksis di komunitas sebaya. Tak masalah, hanya saja, berikan mereka rambu-rambu tentang teman yang baik dan kurang baik, sikap yang baik dan kurang baik. Berikan aturan tegas tentang halal haram dalam pergaulan agar mereka bisa mengerti batasan-batasan bergaul dengan lawan jenis.

6. DOAKAN mereka : sebuah senjata orangtua
Masih banyak hal yang harus kita baca,kita pelajari bersama dengan anak-anak kita sampai Allah memberikan batas usia kita mengasuh mereka. Doakan anak-anak kita, dan ekspresikan doa itu didepan mereka pula. Agar mereka mengerti bahwa orangtuanya mendoakannya setiap saat. Insya Allah dengan doa-doa kita, maka anak-anak kita akan lebih taat pada Allah dan orangtuanya. Saya sangat yakin bahwa kekuatan doa akan mengalahkan teori-teori parenting manapun. Tanpa do’a maka sepertinya kita mengabaikan Pencipta anak-anak kita, padahal Dialah yang Maha membolak balikkan hati, Maha menjaga kecenderungan, Maha Pengasih dan Pengasuh.
Wallahu a’lam bishawwab


Tidak ada komentar:

Posting Komentar