Kamis, 31 Oktober 2013

publikasi pelatihan

Bismillah,
Ikuti seminar dan pelatihan relawan perintis Sekolah Ibu Mengasuh Anak (SIMAK) & Kursus Pranikah KPPA Benih Solo. Anda akan mendapat kurikulumnya dan menjadi partner program kami di daerah Anda.

Hari/tanggal : Ahad/3 Nopember 2013, pukul 08.00-15.00 WIB
Tempat : RM Embun Pagi, JL. Brogjen Soediarto (Gading Kidul)Solo
Fasilitas : Modul kurikulum, sertifikat relawan resmi KPPA Benih, snack dan makan siang.
Tiket : 65.000
Terbatas untuk 30 orang peserta.
Acara
08.00-09.00 persiapan dan pembukaan acara
09.00-11.30 Seminar dan Sarasehan " Pentingnya Pola Asuh Yang benar dan Sinergis "
bersama ibu Ari Aji Astuti,Spd (Pengurus Salimah Jawa Tengah, Praktisi Pendidikan Kreatif )
11.30-12.30 ISHOMA
12.30-15.00 Pelatihan Relawan dan Bedah Kurikulum SIMAK (Sekolah Ibu Mengasuh Anak) dan Kursus Pran Nikah KPPA BENIH
"Ya, Karena Mengasuh Anak Tidak Mudah, Maka...."

Bagi yang berminat silakan langsung sms Cp :
Bu Vida Robi'ah Al-Adawiyah : 081329460601
Bu Astuti Parengkuh : 085642037129
Mbak Nunik Nurhayati 085641001961.

Seminar Kampung II - ASI

Alhamdullilah, Seminar kampung Kppa Benih kedua terlaksana tanggal 22 Oktober 2013 di Posyandu Mawar Sangkrah, Pasar Kliwon, Solo . Bekerja sama dengan AIMI Ranting Solo, seminar kampung kali ini bertemakan manfaat ASI (Air Susu Ibu) dan segala hal tentang ASI. Terima kasih banyak kami ucapkan kepada Ibu Dini Rosa Banugroho (Ketua AIMI Ranting Solo) yang telah memberikan materi dan tanya jawab seputar ASI dengan apresiasi yang baik dari Ibu-Ibu.

Insyaallah seminar kampung ini akan dilaksanakan rutin satu bulan sekali dengan tema dan pembicara yang ahli di bidangnya. Bagi kampung-kampung atau daerah di sekitar solo yang ingin mengadakan kegiatan serupa dapat bekerja sama dengan KPPA Benih Solo dengan menghubungi ibu Vida Robi'ah Al-Adawiyah 081329460601 atau Nunik Nurhayati 085641001961.

Semoga bermanfaat- dari kampung untuk Indonesia


Bapak-bapak hadir menyimak

ketua KPPA Benih, Ibu Robi'ah al adawiyah


ibu-ibu apreciate mendengarkan materi

ibu dini rosa memaparkan materi

Sst....Jangan Menggunjing Ya, Nak!

Oleh:
Robi'ah Al-Adawiyah,S.H
Ketua KPPA BENIH Solo


“Umi, aku tuh sebel sama temanku si seima elek, Iiih anaknya suka cari perhatian, usil dan sok pintar padahal dia orangnya tuh bodoh, sok cantik,hii padahal oranya tuh elek kaya kotoran babi” sungut si sulung sepulang sekolah
“weeeits... stop stop, kok anak Umi ngomongin temennya..?” tegur saya

“biarin dia memang kaya gitu kok,elek lumpur,kudisan iii bener-bener elek juga bodoh.”katanya
“rasain tuh seima elek kudisan...!!”
“Hm... maksudnya itu yang kamu rasakan tentang seima, tho? Ya kalau pun itu benar,justru itu gak boleh diceritakan nak, namanya menggunjing, ngrasani. Nah kalau itu gak bener lebih bahaya lagi, namanya berbohong.Keduanya sama gak bolehnya..”
Saya tau anak saya kurang ‘sreg’ dengan jawaban saya.Mungkin dia masih bete.
Begitulah. Anak-anak sangat dekat dengan menceritakan teman-teman, saudara dan memberikan penilaian-penilaian jujur mereka tentang semua orang. Bersikap lebih bijak dan berusaha menanamkan kebiasaan tidak menggunjing tanpa mengabaikan perasaan dan kejujurannya tentang oranglain.Mungkin beberapa sikap dibawah ini membantu para orangtua bersikap lebih elegan

Keteladanan : Sebuah ‘Tantangan’Mendidik Anak Kita

Oleh:
Robi'ah Al-Adawiyah,S.H
Ketua KPPA BENIH Solo


“Mbak, tema edisi bulan depan tentang...keteladanan” kata mbak Ifah yang telaten mengingatkan dan menagih naskah untuk majalah ini.Dan sayapun entah kenapa merasa tema kali ini begitu ‘berat’. Bagaimana tidak? Pengasuhan dan pendidikan anak sangat erat dengan keteladanan itu.Sementara, saya merasa sangat minim memberi teladan baik untuk lima anak kecil yang setiap hari menjadi spons yang menyerap segala ucap, tindak dan ekspresi saya. Yah, ala kulli hal... semoga tulisan ini menjadi sarana saling berbagi.

Benar mengapa Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau menjadi teladan sempurna bagi akhlak terpuji. Karena ternyta, memberikan contoh baik bagi sebuah generasi tidaklah mudah. Anak-anak kita yang tak hanya hidup dengan kita, tentulah bukan generasi sperti kita atau orangtua kita di zaman kecil yang –katanya- dahulu hanya dengan orangtua memberi isyarat ‘tidak suka’ anak sudah mengerti dan menghentikan perilaku kurang baiknya. Anak-anak kita hidup dizaman ‘dua bahasa’ yang kadang menimbulkan miris dan pesimis, hingga kita merasa diliputi rasa apatis terhadap anak-anak kita sendiri. Mungkin poin-poin tentang mengapa kita merasa sulit memberi teladan pada anak-anak kita perlu kita ulas sedikit, agar kita akhirnya dapat belajar menjadi teladan yang lebih baik disepanjang waktu yang diberikan Allah untuk mengasuh anak-anak kita

Mengawal Mereka Menjelang Ranum

Oleh:
Robi'ah Al-Adawiyah,S.H
Ketua KPPA BENIH Solo

Menjadi orangtua berarti kita diberi amanah seumur hidup untuk terus belajar seiring dengan tumbuh kembang anak-anak kita. Dalam do’a-doa kita, kita memohon agar kita diberikan anak-anak yang sholih, menjadi qurrata a’yun bagi orangtuanya dan menjadi pemimpin bagi orang-orang beriman. Sungguh, bukan sebuah do’a yang sederhana, dan bukan tidak mungkin pula dengan usaha seadanya untuk menjadikannya teruwujud.

Waktu menggiring anak-anak kita tumbuh dalam suasana dan pola pengasuhan yang sangat berbeda dengan masa kanak-kanak kita. Jika dahulu, kita dimasa 0-7 tahun seolah santai saja bermain, masih banyak waktu bercengkerama dengan kawan dan orangtua, namun kita begitu cepat tanggap dan menjalani kehidupan masa dewasa dengan relatif aman. Namun, mungkin tidak demikian bagi anak-anak sekarang. Waktu mereka seolah begitu cepat, cepat ‘dewasa’ secara seksual namun belum dewasa secara tanggungjawab. Banyak para remaja dimasa menjelang ranum yang bahkan tidak memiliki rasa tanggungjawab untuk mengmabil pilihan, masih selalu kekanak-kanakan.

Tentu kita ingin anak-anak kita menyambut masa remaja dan peralihan menuju manusia dewasa dengan sehat, siap, bertanggungjawab dan tetap dekat dengan kita, orangtuanya. Mungkin beberapa poin dibawah ini bisa membantu kita bersiap mengawal mereka dimasa ranum

Merubah Konflik Menjadi Sarana Belajar

Oleh:
Robi'ah Al-Adawiyah,S.H
Ketua KPPA BENIH Solo


“Anak-anak nggak pernah bertengkar mbak?” tanya seorang teman saat berkunjung kerumah dan ‘kebetulan’ anak-anak sedang dalam kondisi tenang.
“Anak-anak nggak bertengkar?Wah nggak seru dong” jawab sya bercanda.
Apa mungkin anak-anak tidak bertengkar dalam sehari saja? Saya rasa tidak mungkin. Marah, senang, kecewa, tidak setuju, berebut, bahkan mengamuk akan sering kita jumpai pada anak-anak kita. Pengalaman emosi positif dan negatif anak-anak dan orang dewasa tentu saja wajar sebagai bagian dari pembentukan karakter, pendewasaan dan kematangan emosional.
Hanya saja, mungkin yang perlu kita latih adalah bagaimana anak-anak (dan kita juga) belajar memaknai konflik dan mengelolanya. Juga bagaimana kita menjadikan ‘pertengkaran’ dan perselisihan antar anak atau anak-orangtua sebagai sarana belajar mengelola emosi dan menyelesaikan konflik dengan cantik

Mesra Di Depan Si Kecil : Rambu-rambu dan Manfaatnya

Oleh:
Robi'ah Al-Adawiyah,S.H
Ketua KPPA BENIH Solo

Hubungan suami istri yang sehat dan mesra sampai tua adalah harapan semua pasangan. Namun tak jarang banyak pasangan merasa enggan, risih atau merasa ‘gak penting’ lagi bersikap romantis dan mengekspresikan kasih sayang saat telah berputra satu, dua apalagi lebih J. Ada yang merasa tabu, atau karena memang tidak tau rambu-rambu dan manfaatnya sehingga ragu? Yuk, kita simak beberapa tips agar romansa ini elegan dan bermanfaat bahkan untuk buah hati kita sekalipun

Ini (beberapa) Rambu-rambunya
1. Romantis Elegan dan Tidak Vulgar

Bersikap romantis pada pasangan didepan anak-anak memrlukan seleksi juga. Lakukan saja ekspresi-ekspresi yang universal dan tidak terlalu vulgar. Memeluk suami/istri didepan anak-anak saat berkumpul dengan keluarga, bersalaman dan mengecup kening saat pergi dan pulang kerja misalnya adalah batasan yang masih boleh dilakukan didepan anak2.Jangan lakukan hal-hal yang membuat anak-anak risih, apalagi anak-anak sekarang banyak dipengaruhi oleh tontonan yang kurang mendidik

2. Sertai Penjelasan

Mungkin anak-anak akan bersuit-suit atau meledek “cie cie...” pada kita saat mereka merasa ayah ibunya mengeksprsikan romantisnya didepan mereka. Maka, yang perlu kita lakukan terutama pada anak-anak yang telah paham bahasa verbal dan menginjak remaja adalah menjelaskan dengan bijaksana bahwa hal-hal seperti itu hanya boleh dilakukan setelah menikah dan tidak boleh pada lawan jenis sembarangan. Atau jelaskan pada anak-anak sesuai dgan usia mereka

3. Mengenalkan adab-adab Islami
Salah satu yang harus diperkenalkan pada anak-anak tentang adab terhadap kedua orangtua dan adab umum dalam keluarga adalah mengenalkan tiga waktu dimana aurat kita harus terjaga dari anak-anak dan orang lain yaitu sebelum subuh, setelah dhuhur, dan setelah isyak. Menanamkan pentingnya meminta izin ketika masuk kamar orangtua. Juga memperkenalkan adab antara laki-laki dan perempuan, meskipun dengan saudara sendiri