Ramadhan menjadi moment yang paling dinantikan oleh segenap muslim diseluruh dunia. Bulan penuh berkah ini idealnya menjadi sebuah moment untuk melakukan kebaikan dan perbaikan diri dan masyarakat.Segala persiapan dilakukan untuk menyemarakkannya.
Tak terkecuali didunia showbiz dan hiburan. Suasana ramadhan dihidupkan dengan berbagai tayangan dari mulai sinetron religius, infotainment yang dialih setting menjadi “bernuansa” Islami sampai dengan tayangan-tayangan komedi diwaktu sahur.
Sayang, alih-alih menyemarakkan ramadhan, tayangan-tayangan televisi justru jauh dari nilai-nilai Islam pada umumnya dan khususnya nilai yang dikandung oleh bulan Ramadhan. Tayangan sinetron religi yang secara substansi justru menampilkan wajah Islam dan atau umat islam yang lemah, jauh dari kesantunan, keluarga-keluarga Islam yang ditampilkan sebagai keluarga yang amburadul, suka bertengkar, ndeso atau tokoh-tokoh protagonis yang justru lemah, tidak berdaya. Atau, sinetron-sinetron yang ‘diubah’ nuansa Ramadhan dengan hanya mengganti pakaian menjadi lebih ‘Islami’ namun tak mengubah substansi. Sungguh, tayangan-tayangan sinetron kita tak lebih mengadopsi telenovela-telenovela yang laku manis dimasa lalu.
Belum lagi tayangan saat sahur berisi komedi-komedi yang hanya menampilkan goyonan-guyonan tidak bermutu, lawakan yang berisi ejekan, celaan, ironi, dan semacamnya. Tayangan sahur hanya dibuat untuk ‘sekedar’ mengusir kantuk. Belum lagi para ustadz yang diundang sebagai narasumber tak jarang justru lebih banyak diam dan terdominasi dengan banyolan-banyolan para selebritis yang menjadi bintang tamu.
Ironis memang, sebagian umat Islam di negeri ini belum banyak yang mampu menawarkan tayangaan-tayangan berkualitas yang diproduseri, dibintangi, dan digarap skenarionya oleh orang-orang yang berkomitmen terhadap nilai-nilai Islam yang syar’i. Alhasil, tontonan yang semestinya belum layak menjadi tuntunan justru dipoles sedemikian agar terlihat ‘Islami”. Sinetron yang dari awalnya sangat jauh dari misi keislaman tiba-tiba dipaksakan menjadi sarat dengan kalimat-kalimat thoyyibah, atau memasang simbol-simbol keislaman yang justru sebenarnya melecehkan. Lagi-lagi komersialisme dan bisnis menjadi latarbelakang agar dunia selebritas dan showbiz tidak kehilangan satu bulan yang ‘sayang dilewatkan’ untuk mengambil keuntungan dan berkah Ramadhan meskipun tanpa kualitas.
Lalu, upaya minimal apa yang sebaiknya dilakukan oleh kita yang peduli terhadap perbaikan umat, terutama dalam mengisi moment Ramadhan agar tak hanya menjadi ‘bulan menangguk untung’ bagi orang-orang yang ‘menjual’ label Islam untuk kepentingan komersil?Apalagi –mohon maaf- dengan hanya ‘menjilbabi’ dan memeakaikan baju koko pada para pemainnya. Dan ironisnya, pemain-pemain utama justru dari ada dari actor /aktris non muslim.
Tayangan apa yang sebaiknya kita ‘rekomendasikan’ pada anak-anak kita, pada keluarga dan teman-teman kita?
Pertama, penting bagi kita untuk menjadi penonton yang aktif , yang mampu menyeleksi tayangan-tayangan ramadhan layak lihat, tentu saja untuk itu kita harus peka terhadap isi dan program yang ditayangkan. Sebenarnya ini berlaku bagi semua tayangan televisi pun diluar bulan Ramadhan. Dengan demikian kita tidak hanya sekedar menonton televisi untuk mengisi waktu menunggu berbuka atau sekedar mengusir kantuk saat sahur.
Kedua, kita semestinya memilih tayangan-tayangan yang mendidik dan tayangan yang menambah peningkatan nilai ruhiyah (keimanan) dan akal, sebut saja kajian tafsir Al Mishbah yang ditayangkan oleh Metro TV pada saat sahur, atau sinetron Ramadhan yang lumayan bernilai moraldan sarat nilai dakwah seperti Para Pencari Tuhan di SCTV, juga kajian-kajian menjelang berbuka yang banyak ditayangkan di hampir semua stasiun televisi. Sebab di bulan inilah semangat mencari tambahan pemahaman keislaman banyak terfasilitasi.
Ketiga, mendampingi anak-anak kita dan memilihkan tontonan yang bermutu.Misalnya program kartun Islam Aku Tahu di Global TV setiap sore dan atau Program Si Unyil edisi Ramadhan. Selain itu perlu kiranya menyiapkan tontonan alternatif berupa DVD atau menyediakan kegiatan-kegiatan alternatif bagi anak agar tidak melulu menonton televisi.
Keempat, dalam hal memilih dan mensosialisasikan tayangan layak lihat di bulan Ramadhan, perlu kiranya kita mengadakan kegiatan-kegiatan persuasif yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat agar tidak menghabiskan masa-masa Ramadhan hanya dengan menonton televisi. Misalnya dengan terus menghimbau di pengajian-pengajian atau di keluarga agar tidak menonton tayangan sinetron atau tayangan yang bertabrakan dengan waktu-waktu ibadah misalnya sholat magrib atau bertabrakan dengan tarawih.
Semoga dengan semakin cerdas kita mengatur dan memilih tayangan ramadhan yang berkualitas kita dapat lebih memanfaatkan Ramadhan tahun ini dengan amal yang lebih baik. Tentunya, semoga semangat menjadi penonton aktif dan cerdas serta kecermatan kita memilih tayangan berkualitas itupun akan menjadi kebiasaan kita di bulan-bulan setelah Ramadhan. Wallahu a’alm bisshawwab
* Vida Robi'ah Al Adawiyah: Penulis buku-buku Remaja dan Keluarga , Pegiat Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) ‘BENIH’ tinggal di Semanggi , Pasarkliwon, SOLO
sumber: http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2011/07/21/pilah-pilih-tayangan-ramadhan-berkualitas/
OPINI | 21 July 2011 | 22:09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar